Palembang – Kementerian Agama Republik Indonesia bekerja sama dengan Unilever Indonesia melalui brand Lifebuoy menggelar program “Pesantren Sehat Lifebuoy” yang melibatkan 850 santri dan santri putri di Pondok Pesantren Sultan Mahmud Badaruddin Palembang pada Senin (4/3). Dalam program yang bertujuan meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan pesantren itu diisi dengan kegiatan pelatihan dan edukasi kesehatan guna mencetak Duta Santri.
Acara ini turut dihadiri oleh Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (PAKIS) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Selatan, Prof. Dr. Muhammad Badrut Tamam, M.Si.,, Perwakilan MUI Kota Palembang, H. Ahmad Saleh, Direktur Keuangan Unilever Indonesia, Vivek Agrawal, Head of Personal Care Innovation and MCOE Unilever, Memoria Dwi Prasita, serta Pimpinan PP Sultan Mahmud Badaruddin Palembang, M.Soni Suharsono, S.Pd.I, M.Si, MH, CH, C.ITE, dan Pengurus PP Sultan Mahmud Badaruddin Palembang.
Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (PAKIS) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Selatan, Prof. Dr. Muhammad Badrut Tamam, M.Si., mengatakan, Kemenag memberikan apresiasi luar biasa atas kegiatan yang diselenggarakan pihak Unilever melalui brand Lifebuoy di Sumatera Selatan, khususnya di Pesantren Sultan Mahmud Badaruddin ini. “Harapan kami, kegiatan ini bisa berkesinambungan bukan hanya pada saat ini dan bisa memberikan dampak yang signifikan. Kami harapkan ini menjadi pembelajaran bagi para santri dan santri putri, dan mereka bisa mendapatkan manfaat yang besar dari seluruh rangkaian kegiatan dalam program ini.”
Harapan ini juga turut disampaikan oleh Perwakilan MUI Kota Palembang, H. Ahmad Saleh, “MUI selalu menghimbau untuk mengkonsumsi atau menggunakan sesuatu yang bersertifikat halal agar apa yang kita konsumsi dan gunakan menjadi berkah, selain tentunya meningkatkan nilai-nilai lain seperti nilai kesehatan, kebahagiaan, dan lain-lain. Harapan kami tentunya program seperti ini dapat terus berlanjut dan bisa lebih luas lagi melibatkan seluruh stakeholders guna mencapai keberkahan untuk Indonesia”.
Pimpinan Pondok Pesantren Sultan Mahmud Badaruddin Palembang, M.Soni Suharsono, S.Pd.I, M.Si, MH, CH, C.ITE menyampaikan, apa yang dilakukan oleh Unilever melalui brand Lifebuoy bisa mengubah image dari pesantren yang dulunya terkesan kumuh dan tidak sehat. Melalui program ini diharapkan terjadi perubahan pandangan, pesantren menjadi lebih sehat dan menyenangkan tinggal di pesantren.
“Sebab rangkaian program ”Pesantren Sehat Lifebuoy” ini mengajarkan pola hidup menjadi lebih sehat, lebih bersih mengingat Rasulullah SAW juga menyampaikan kebersihan adalah sebagian dari iman. Maka di dalam pesantren, santri dan santri putri diajarkan selain berwudhu sebelum sholat, yaitu cara mencuci tangan dengan sabun. Apalagi mereka tinggal bersama-sama dengan teman-temannya, sehingga jika hidupnya tidak bersih, akan mudah terjangkit penyakit. Khusus menghadapi Ramadan ini, para santri diwajibkan menjaga pakaian dan kebersihan diri mereka, agar lebih khusyuk dalam beribadah,“ papar Soni.
Salah satu langkah utama dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang penting untuk diimplementasikan di pesantren adalah gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5 momen penting, yakni saat sebelum makan, setelah dari toilet, setelah bermain, setelah batuk atau bersin, dan setelah bepergian. Jika dibiasakan, CTPS di 5 momen penting akan mampu melindungi para santri dan santri putri dari berbagai penyebaran penyakit.
Bahkan menurut teori Swiss Cheese Model for Infectious Disease, kebiasaan ini menjadi langkah pertama untuk melindungi diri dari ancaman penyakit infeksi, setelah vaksin. Sementara, menilik pada data Riskesdas 2018, di Provinsi Sumatera Selatan, untuk usia di atas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) baru mencapai 42,14%, sehingga kebiasaan CTPS ini penting untuk disebarluaskan ke seluruh masyarakat Provinsi Sumatera Selatan.
Head of Personal Care Innovation and MCOE Unilever, Memoria Dwi Prasita menjelaskan peran Lifebuoy untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan di area Pesantren. Salah satunya adalah dengan mencetak Duta Santri sebagai peer educator dari program peer-to-peer learning.
“Sejak tahun 2019 program Pesantren Sehat Lifebuoy telah menjangkau lebih dari 2.000 pesantren dan memberikan manfaat bagi lebih dari 900.000 santri dan santri putri di Indonesia. Tahun ini program Pesantren Sehat Lifebuoy hadir di Kota Palembang dengan tujuan memberikan dampak yang lebih luas melalui sejumlah rangkaian kegiatan mulai dari peer-to-peer learning, training for trainers (kepada santri dan santri putri, ustadz, dan ustadzah), edukasi CTPS dengan baik dan benar, hingga pemeriksaan kesehatan. Kami berharap dengan kolaborasi yang dilakukan di Pesantren di berbagai kota di Indonesia kami dapat menjangkau penambahan 1 juta santri dan santri putri di lebih dari 1.500 pesantren,” papar Memoria.
Interaksi intens antarmasyarakat pesantren menjadikan pesantren unit pendidikan yang berpotensi efektif dalam membiasakan CTPS di 5 momen penting melalui metode peer-to-peer learning, dimana mereka saling mencontohkan dan meniru berbagai perilaku positif. Menurut studi dari Hungarian Academy of Sciences, peer-to-peer learning atau program edukasi melalui teman sebaya merupakan salah satu cara edukasi yang paling efektif dalam pengajaran CTPS di kalangan anak-anak. Studi ini menemukan bahwa program edukasi melalui teman sebaya dapat meningkatkan pengetahuan teoritis tentang CTPS dan cara mempraktekkan CTPS yang benar hampir 2 kali lebih baik dari sebelumnya, dan dapat bertahan bahkan 4 bulan setelah program berakhir.
Program Pesantren Lifebuoy dibagi menjadi dua tahap:
1. Pemilihan Duta Santri oleh pihak Pesantren sebagai peer educator yang akan mendapatkan pelatihan tentang PHBS, terutama CTPS, oleh dokter dari PDUI. Hal ini menjadi penting karena salah satu faktor kesuksesan peer-to-peer learning adalah kompetensi dan kapabilitas dari peer educator. Melalui pelatihan ini, Duta Santri akan memahami pentingnya CTPS dan bagaimana cara melakukan CTPS dengan baik dan benar.
2. Tahap berikutnya, Duta Santri akan kembali ke pesantren untuk dapat memulai melakukan Gerakan 21 Hari Pembiasaan CTPS bersama santri/santri putri lainnya. Hal ini dilakukan karena menurut teori peer-to-peer learning, edukasi melalui peer educator yang kompeten terbukti lebih efektif dibandingkan dengan edukasi guru-siswa pada umumnya.
Selain peer-to-peer learning, Lifebuoy memberikan bantuan terhadap pesantren berupa dana pendidikan, alat penunjang pendidikan, dan pemeriksaan kesehatan tanpa biaya.
“Dengan dilaksanakannya program Pesantren Sehat Lifebuoy di Kota Palembang, kami berharap dapat melahirkan agen-agen perubahan yang mampu menciptakan lingkungan pesantren maupun masyarakat yang lebih sehat. Di tahun 2024, program sudah berjalan di Kota Semarang, Jakarta, Bandung, Banjarbaru dan saat ini di Makassar dan Palembang, dan akan berjalan di berbagai kota lain di Indonesia, antara lain Lampung, Bengkulu, dan Padang,” tutup Memoria.
Komentar