MUSI BANYUASIN- Calon Bupati Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) nomor urut 1, Lucianty menunjukkan sosok pemimpin yang tidak hanya tegas, tetapi juga memiliki sentuhan keibuan yang kuat.
Hal ini terlihat dalam keterlibatannya dalam tradisi ‘manggung’ bersama emak-emak di Komplek Griya Bumi Lestari, Kelurahan Balai Agung, Sekayu, Sabtu, 5 Oktober 2024.
Kegiatan manggung ini merupakan bentuk gotong royong untuk membantu persiapan acara besar, seperti resepsi pernikahan, yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Musi Banyuasin.
Sebagai seorang pemimpin yang merakyat, Lucianty turun langsung membantu memasak gulai kambing, salah satu hidangan utama dalam acara syukuran pernikahan warga setempat.
Tak hanya terampil memasak, Lucianty juga tampak membaur dan berdialog dengan para emak-emak yang ikut berpartisipasi, menunjukkan bahwa dirinya bukanlah sosok yang berjarak dengan masyarakat, melainkan hadir sebagai bagian dari mereka.
“Saya senang sekali bisa ikut serta dalam kegiatan manggung hari ini. Rasanya seperti kembali ke akar budaya kita, di mana gotong royong dan kebersamaan adalah kekuatan utama masyarakat Muba. Hari ini kita masak gulai kambing bersama, dan ini bukan hanya soal masakan, tetapi soal ikatan dan kebersamaan yang kita bangun,” ujar Lucianty penuh kehangatan.
Sentuhan Keibuan dalam Kepemimpinan
Apa yang dilakukan Lucianty mencerminkan sifat keibuan yang ia bawa ke dalam gaya kepemimpinannya—lembut, peduli, namun tetap tegas. Seperti seorang ibu yang merawat keluarganya, Lucianty menunjukkan komitmen untuk melayani masyarakat dengan hati dan penuh perhatian.
Kedekatannya dengan para emak-emak tidak hanya terlihat dari cara ia berbicara, tetapi juga dalam aksinya yang nyata, seperti ikut memasak dan mempersiapkan acara bersama-sama.
“Sosok Lucianty itu mengingatkan kita pada pemimpin-pemimpin yang dekat dengan rakyatnya. Namun, yang membedakan adalah sentuhan keibuan yang ia miliki. Ia memimpin dengan hati, seperti seorang ibu yang memperhatikan setiap detail untuk kebaikan keluarganya,” demikian analisis M. Haekal Al-Haffafah, pengamat politik dari Universitas Sriwijaya.
Sifat keibuan ini tidak hanya membuat Lucianty diterima dengan baik oleh masyarakat, terutama kalangan perempuan, tetapi juga menjadi kekuatan utama yang membuatnya sangat layak menjadi pemimpin Kabupaten Musi Banyuasin.
Di tengah dinamika politik yang sering kali keras dan penuh persaingan, pendekatan kepemimpinan Lucianty yang alami, hangat, dan penuh empati ini menghadirkan nuansa berbeda yang lebih humanis dan merangkul semua lapisan masyarakat.
Bukan hanya keterampilannya dalam memasak yang membuat Hj Lucianty begitu dikagumi, tetapi juga sikapnya yang rendah hati dan selalu siap membantu.
Sebab, membangun Muba bukan hanya tentang infrastruktur dan kebijakan besar. Bagi Lucianty, kunci keberhasilan sebuah kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin dapat menjaga dan merangkul nilai-nilai lokal, seperti gotong royong dan kebersamaan, yang telah menjadi bagian dari identitas masyarakat Musi Banyuasin.
“Kehadiran Lucianty di tengah masyarakat Muba memberikan harapan bahwa kita akan memiliki pemimpin yang tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan sosial dan kultural. Sifat keibuannya memperlihatkan kepedulian yang mendalam, tidak hanya terhadap kemajuan daerah, tetapi juga terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakatnya,” tambah Haekal.
Dengan kehadiran dan keterlibatannya yang nyata dalam kegiatan masyarakat, Lucianty membuktikan bahwa ia tidak hanya siap memimpin dari sisi strategis, tetapi juga dari sisi emosional dan sosial.
“Ini baru calon Bupati! Hj Lucianty tidak hanya memberi janji, tetapi langsung terjun membantu masyarakat dengan tangan sendiri,” kata seorang warga setempat penuh antusiasme. (Edw)
Komentar