PALEMBANG- Stigma perempuan hanya mampu didapur, disumur dan dikasur tampaknya tidak relevan lagi. Terutama dizaman era globalisasi sekarang ini. Meski begitu, diskriminasi perempuan masih terus terjadi.
Hal inilah yang disoroti Ikatan Pemuda Penggerak Desa (IPDA) Sumsel dalam Forum Group Discussion (FGD) dengan tema “Menakar Kepemimpinan Perempuan di kota Palembang” di Cafe Gunz Kambang Iwak Sabtu (19/10/2024).
Ketua Pelaksana FGD Apri Saputra mengatakan tujuan FGD ini untuk mengedukasi dan juga memberikan sebuah informasi bahwasanya di kota Palembang masih ada diskriminasi terhadap perempuan.
“Dengan adanya FGD ini dapat mengedukasi dan memberikan informasi kepada para perempuan khususnya masyarakat kota Palembang untuk memberikan pemahaman kalau perempuan itu tidak hanya didapur, disumur dan dikasur akan tetapi perempuan bisa maju kedepan setara dengan laki-laki,” kata Apri.
Menurut Apri hari ini perempuan masih dipandang orang yang terbelakang. Padahal kita tahu bahwa perempuan memiliki daya kompeten dan bisa memiliki jiwa kepemimpinan.
“Melalui diskusi ini kita bisa menakar sejauh mana kompeten perempuan menjadi pemimpin khususnya di kota Palembang,” jelasnya.
Sementara itu, Aktivis perempuan kota Palembang Yui Zahana S sos mengatakan orang yang beranggapan kalau perempuan hanya persoalan di dapur, sumur dan kasur hanya pemikiran orang kolot dan orang yang masih berada dizaman kolonial.
“Berbicara seorang perempuan, perempuan diasumsikan hanya boleh bergerak diruang domestik, tidak boleh diruang publik. Ruang publik hanya bisa diisi oleh laki-laki saja sementara perempuan tidak boleh inilah yang masih terjadi diskriminasi gender,”kata Yui.
Dikatakan Yui, kalau berbicara soal pemimpin artinya mau dia perempuan ataupun laki-laki tidak mendiskreditkan jenis kelaminnya atau diskriminasi gender apapun yang dilihat adalah kualitas atau kompetennya.
“Makanya kita sampaikan ke publik agar publik bisa memahami secara dasar bahwa perempuan mempunyai akses yang sama untuk menjadi pemimpin,” terangnya.
Komentar