PALEMBANG- Cabai merah dan bawang merah menjadi penyumbang inflasi di Sumsel. Untuk itu, Pemprov Sumsel Bersama pihak terkait akan membuat cluster untuk kedua komoditi ini untuk menjaga stok dan menekan inflasi.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel, Dr. Ir. H. R. Bambang Pramono, MSi. “Terdapat dua faktor yang menyebabkan peningkatan produksi komoditas cabai merah dan bawang merah di wilayah itu sulit direalisasikan permasalahan yang dihadapi untuk cabai merah dan bawang merah adalah biaya usaha tani yang cukup besar.
Dia mencontohkan untuk produksi padi kisaran maksimalnya hanya Rp15 juta per hektare. Sedangkan cabai merah dan bawang merah biaya produksinya bisa mencapai Rp70 juta sampai Rp80 juta per hektare. “Jadi memang faktor utama petani di Sumsel adalah modal usaha tani yang cukup besar,” ungkapnya.
Kondisi itu, kata Bambang, tidak diimbangi dengan jaminan pasar bagi para petani yang menyebabkan harga cabai merah dan bawang merah seringkali terjun bebas saat panen raya berlangsung. “Saat panen raya harganya jatuh kadang-kadang kisaran dibawah Rp15 ribu per Kg, sedangkan BEP (Break Even Point) nya kisaran Rp30 ribu per Kg, itulah kenapa mereka (petani) ragu menanam,” terangnya.
Selain itu, petani juga menghadapi ketidakpastian jaminan pasar. “Sering kali saat panen, harga justru turun,” tambahnya. Oleh sebab itu, salah satu upaya yang ditawarkan dalam pengembangan bawang merah dan cabai merah di Sumsel pada tahun ini adalah pembentukan klaster.
Pihaknya akan melibatkan semua komponen mulai dari petani, distributor obat-obatan dan benih, pihak bank selaku penyalur kredit usaha rakyat (KUR) serta pasar yang akan menjamin harganya. “Pengembangan klaster rencananya akan disesuaikan dengan kebutuhan dari pasar. Seperti misalnya pasar membutuhkan sampai dengan 500 ton, maka tanaman yang akan disiapkan juga 500 ton,” jelas Bambang.
Menurut dia, produksi bawang merah dan cabai merah pada tahun 2023 hanya mencapai 15.270 ton per tahun, sementara konsumsi mencapai 30.602 ton, menghasilkan defisit sebesar 15.332 ton. Sebanyak 50% kebutuhan cabai merah harus didatangkan dari luar provinsi. Sementara itu, produksi bawang merah hanya mencapai 1.907 ton per tahun, sementara konsumsi mencapai 25.891 ton, menghasilkan defisit sebesar 23.984 ton (90%), sehingga harus dipasok dari luar provinsi. (EPS)
Komentar