JAKARTA- Musyarawah Nasional (Munas) Perhumas menetapkan kembali Boy Kelana Soebroto IAPR sebagai Ketua Umum Perhumas untuk masa bakti 2024–2027 setelah terpilih secara aklamasi dalam sidang yang dihadiri 46 pemegang mandat, baik dari pimpinan pusat maupun daerah.
Dalam acara yang berlangsung selama dua jam di Hotel Merusaka, Nusa Dua, Bali, Sabtu (23/11), para peserta Munas menerima secara penuh laporan pertanggung jawaban yang disampaikan Boy Kelana terkait pencapaian strategik selama periode pertama kepemimpinannya, tahun 2021 – 2024.
“Berdasarkan suara dari pemegang mandat semuanya memberikan kepercayaan penuh kepada Boy Kelana mengingat selama masa bakti periode pertamanya, Boy Kelana mampu mengangkat Perhumas berada dalam tataran peta humas global dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut berkontribusi dalam perkembangan dunia public relation,” kata Ketua Panitia Munas ke-15 PERHUMAS, Benny Butarbutar.
Salah satu pencapaian Ketua Umum, Boy Kelana yang mendapat apresiasi luar biasa adalah penyelenggaraan World Public Relations Forum (WPRF) 2024 yang berlangsung selama empat hari berturut-turut yang biasanya hanya berlangsung satu atau dua hari.
“Dalam perhelatan forum PR global itu, Perhumas mampu meyakinkan Global Alliance selaku asosiasi PR dunia bahwa aktivitas humas Indonesia mampu bekerja sama dan memberikan sumbangan pemikiran berupa local wisdom yang bisa menjadi contoh atau acuan praktik kehumasan internasional,” kata Benny.
Ketua Umum Perhumas terpilih Boy Kelana mengatakan kepercayaan yang diberikan merupakan amanah yang harus dijaga dan menjadi dasar untuk memberikan yang terbaik bagi Perhumas, tidak hanya dalam lingkup lokal, nasional, tetapi juga internasional.
“Kepercayaan yang diberikan peserta Munas tidak terlepas dari kerja keras Perhumas baik di pusat dan daerah. Itu sebabnya dalam program kerja mendatang, tiga hal yang menjadi fokus dalam masa bakti, selanjutnya adalah soliditas organisasi, kebersamaan diantara anggota dan kolaborasi dengan berbagai pihak,” kata Boy Kelana yang juga Head of Corporate Communications PT Astra International Tbk.
Rekomendasikan Komunikasi Beretika dan Bertanggung Jawab
Ketua Umum Perhumas Indonesia Boy Kelana juga mengemukakan, dunia humas memasuki era yang penuh tantangan, dimana isu-isu gloial dan arus informasi yang luar biasa menghadirkan tantangan sekaligus tanggung jawab bagi pelaku komunikasi. Sementara itu, President & CEO Global Alliance Justin Green mengungkapkan bahwa media sosial telah mendemokratisasi arus informasi sehingga sulit untuk membedakan fakta dan fiksi.
Boy Kelana mengungkapkan, praktisi komunikasi dan juga humas harus terus menjunjung tinggi nilai-nilai komunikasi yang bertanggung jawab. “Kebutuhan akan pengetahuan yang komprehensif, pemahaman lintas budaya, dan solusi inovatif menjadi sangat penting. Kita harus tetap berpedoman pada integritas, transparansi, dan akuntabilitas, serta selalu memperhatikan implikasi etis dari pekerjaan kita,” kata Boy saat membuka acara World Public Relations Forum 2024 hari pertama, Selasa (19/11) di Nusa Dua, Bali.
Mengangkat tema “Purposeful Influence for the Common Good,” WPRF 2024 bertujuan untuk merespons tantangan dan peluang dalam industri kehumasan global dengan mendorong dialog mengenai inovasi, etika, serta peran strategis PR dalam masyarakat dan organisasi.
World Public Relations Forum tahun ini dihadiri oleh 1.400 peserta dari dalam dan luar negeri. Total ada 22 negara yang mengirimkan perwakilannya ke WPRF tahun ini. Boy menambahkan, World Public Relations Forum 2024 bukan hanya tonggak sejarah bagi Perhumas dan Indonesia, namun juga merupakan momen penting bagi komunitas humas global.
“Kami diingatkan kembali akan peran humas yang terus berkembang dalam membentuk narasi global, memupuk pemahaman, dan membangun kepercayaan lintas batas,” jelas Boy.
Menurut Boy, praktisi komunikasi dan humas harus terus mengeksplorasi tren, inovasi, dan praktik terbaik dalam hubungan masyarakat. Karena, kata dia, tujuan bersama adalah menggunakan kekuatan komunikasi untuk mendorong perubahan positif.
“Apakah kita mengatasi tantangan misinformasi, menjembatani kesenjangan budaya, atau memajukan kebaikan sosial, tanggung jawab kita bersama sudah jelas: mempengaruhi dengan tujuan, berkomunikasi dengan integritas, dan bertindak dengan tanggung jawab,” jelas Boy.
Sementara, President & CEO Global Alliance for Public Relations and Communication Management Justin Green mengungkapkan, media sosial telah mendemokratisasi arus informasi sehingga sulit untuk membedakan fakta dan fiksi.
Karena itu, Global Alliance telah membentuk dewan akademik, membuat penelitian serta menetapkan standar professional dan juga mengakreditasi organisasi dan universitas internasional. “Tahun ini, kami merilis penelitian besar., proyek-proyek termasuk edisi 2024 Approach to the Future, PR Communications. Kami telah mendukung anggota kami dengan program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan gratis senilai jutaan euro, meluncurkan universitas humas dan kepemimpinan pertama, yang pertama dalam sejarah, universitas humas dan kepemimpinan pertama di dunia, melalui kerja sama dengan NIPR, Institut Hubungan Masyarakat Nigeria,” jelas Green.
Menkomdigi Minta Promosikan Bhinneka Tunggal Ika ke Dunia Internasional
Indonesia terus berupaya memperkuat identitas nasional di dunia internasional. Salah satunya adalah dengan memromosikan secara konsisten Bhineka Tunggal Ika serta gotong-royong ke khalayak global. Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengungkapkan, di era digital saat ini pendekatan narasi strategis telah menjadi instrumen penting dalam strategi nation branding.
“Salah satu aset budaya tak benda Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika dan gotong royong, harus secara konsisten dipromosikan sebagai referensi bagi khalayak global. Dukungan dari tokoh-tokoh internasional yang berpengaruh harus didokumentasikan dan dinarasikan sebagai bagian dari budaya Indonesia,” kata Meutya di acara World Public Relations Forum 2024 di Nusa Dua, Bali, Rabu (20/11) lalu.
Meutya menambahkan, Paus Fransiskus ketika berkunjung ke Indonesia juga memuji Bhinneka Tunggal Ika sebagai pemersatu nilai-nilai budaya untuk mencapai perdamaian global.
“Menyadari kekuatan platform digital, Indonesia memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk memperkuat citranya. Hal ini termasuk memanfaatkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk menciptakan dan menyebarluaskan beragam konten budaya seperti seni, musik, dan praktik tradisi melalui platform yang dipersonalisasi,” jelas Meutya.
Menurut Meutya, di era transformasi digital di mana data dan informasi mengalir deras, Indonesia memprioritaskan program literasi digital sebagai komponen integral dari pendidikan dan kampanye kesadaran publik. Inisiatif ini, kata dia, memberdayakan masyarakat untuk secara kritis menilai dan memverifikasi informasi dan menggunakannya untuk berbagi.
“Platform media sosial secara aktif didorong untuk memantau penyebaran informasi yang salah dengan mengidentifikasi dan menghapus konten berbahaya sambil memastikan transparansi dalam sumber-sumber baru untuk menegakkan integritas informasi. Kecerdasan buatan dan analisis data besar digunakan untuk mengumpulkan dan memantau jutaan konten negatif secara real time, sehingga memungkinkan tanggapan pemerintah yang cepat dan akurat,” kata Meutya.
Komentar