Diduga Petugas Samsat Ogan Ilir Keroyok Wartawan

#Korban Mengaku Disiram Air Cabe dan Pasir 

Ogan Ilir, ELNEWS –  Beberapa oknum petugas Samsat Kabupaten Ogan Ilir (OI) pada Senin malam (19/10) diduga mengeroyok salah seorang wartawan dari media Sorot News yaitu diketahui bernama Made Sriseluke (50).

Korban bernama Made saat diketahui telah berada di RS Bhayangkara Palembang dalam perawatan medis karena mengalami luka cukup serius dbagian kepala dan muka korban.

Kepada awak media, istri korban menangis karena tidak tahu apa penyebab suaminya bisa dianiaya oleh diduga petugas Samsat Ogan Ilir itu hingga diperlakukan tidak manusiawi ini.

“Ya, saya kutuk  dan saya minta polisi bisa ungkap kasus penganiayaan terhadap suami saya ini dan ada salah apa suami saya di aniaya bak hewan ini,” tangis istri korban di RS Bhyangkara Palembang (21/10).

Berdasarkan keterangan korban Made S (50) wartawan Sorot News tersebut, bahwa peristiwa saat itu di sekitar terminal 32 Ogan Ilir ada dua oknum petugas Samsat berinisial SP dan MZ dan 4 rekannya menghampirinya yang tengah numpang istirahat di pos penjagaan Dishub Kabupaten Ogan Ilir sekitar pukul 19:30 WIB .

“Ya,MZ dan SP datangi saya menanyakan uang 4 juta terkait hutang saya dengan mereka , namun saya merasa tidak ada hutang dengan mereka dan justru tiba-tiba mengeroyok saya hingga akhirnya saya seperti ini ,”ujar Made.

Dari kejadian ini, menyebabkan korban yang akrab dipanggil Made ini mengalami luka lebam pada bagian pelupuk mata dan memar di kepala bagian belakang. Akibatnya, Made harus mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Palembang, pada Selasa, (20/10) hingga saat ini masih dalam perawatan.

Dikatakan Made, kejadian berawal saat para pelaku diantaranya SP dan MZ yang diketahui adalah oknum pegawai Samsat, beserta 4 orang temannya tiba-tiba datang dan memanggil dirinya dengan alasan hanya ingin berbincang-bincang soal uang Rp.4 juta yang dipinjam korban kepada salah satu pelaku.

“Mereka minta uang itu agar segera dikembalikan malam ini itu juga. Lalu saya sampaikan, kapan saya pinjam uang yang mereka maksud tersebut, dan kapan kamu menitipkan uang. Sedangkan malam itu saya tidak punya uang sama sekali,” ungkap Made.

Namun, sambung Made, saat itu salah seorang temannya malah langsung meyiram mata saya dengan serbuk cabe yang dicampur pasir. Hingga membuat mata saya tidak bisa melihat dan terasa sangat pedih, dalam keadaan itu mereka langsung memukuli saya beramai-ramai, lalu kemudian merampas tas juga handphone saya,”beber Made saat memberikan keterangan di RS Bhyangkara Palembang.

Dikatakan Made lagi, setelah dirinya dikeroyok beramai-ramai, para pelaku membawanya ke suatu tempat yang ia sendiri tidak tau. Hingga sesampainya ditempat tersebut, dirinya dipaksa menandatangani sepucuk surat yang ia sendiri juga tidak tahu apa isi surat, karena kondisi matanya tidak bisa melihat dan membaca akibat disiram air cabe dan pasir saat itu.

Atas tindakan para pelaku yang dinilai tak manusiawi tersebut, istri Made mengutuk para pelaku dengan meminta kepada aparat penegak hukum untuk segera mengambil tindakan agar bisa menghukum para pelaku sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

“Ya pak, kami akan membawa masalah ini ke jalur hukum agar kami bisa meminta kepada Polisi untuk mengambil tindakan atas perbuatan mereka yang tidak manusiawi itu. Sebab suami adalah tulang punggung kami, bila terjadi sesuatu dengan suami saya bagaimana kelak nasib saya dan anak-anak saya, tangis  istri Made dengan mata berbinar.

Menyikapi hal tersebut, Saripudin Ranex selaku pimpinan redaksi (Pimred) Media Online dan cetak Sorot News, membenarkan perihal pengeroyokan yang dialami oleh wartawannya. Hal ini disampaikan Saripudin ketika dikonfirmasi melalui via telepone seluler, Rabu (21/10).

Meskipun demikian, Saripudin menyampaikan, apapun permasalahannya, pihaknya tetap menyerahkan kepada pihak kepolisian mengenai penanganan musibah yang dialami oleh wartawannya.

“Kita serahkan semuanya kepihak yang berwajib, saya yakin pihak berwajib pasti bisa menangani permasalahan yang sedang dialami oleh rekan kita Made. Sebab biar bagaimanapun negara kita adalah negara hukum, kita harus percaya kepada hukum yang berlaku. Yang salah pasti mendapat hukuman setimpal dengan perbuatannya,” tutupnya. (NVJ)

Bawaslu