Jelang Idul Adha, Akui Kenaikan Harga Komoditas

PALEMBANG- Jelang Hari Besar Keagamaan Nasional, Idul Adha dan Libur Sekolah akan ada potensi kenaikan harga sembako. Untuk itu, Bank Indonesia, Pemprov Sumsel, Badan Pusat Statistik Sumsel dan instansi terkait mengelar High Level Meeting. Hal tersebut guna mengantisipasi dan waspada kenaikan harga komoditi.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumsel Ricky P Gozali mengatakan, pada moment Idul Adha dan libur sekolah memang ada tren kenaikan harga komoditi. Hal tersebut karena terjadi peningkatan permintaan yang signifikan dan berdampak kepada kenaikan harga.

“Iduladha ini cukup menjadi perhatian. Hal itu karena berdasarkan data setiap HBKN seperti Idul Fitri akan terjadi inflasi dan mengalami kenaikan yang cukup signifikan,” ungkap Ricky dalam High Level Meeting TPID Sumsel.

Menurut dia, saat ini pun terjdi peningkatan harga. Beberapa komoditas yang perlu dicermati kenaikan harga dan pasokannya meliputi bawang putih, aneka cabai, gula pasir, minyak goreng, beras dan bawang merah. Sedangkn untuk komoditas non volatile food yang menjadi perhatian yakni tarif angkutan udara, cukai rokok serta harga emas.

Untuk itu, kata di, digelar HLM yang bertujuan untuk memonitor dan mengantisipasi pergerakan harga-harga sejumlah komoditas, terutama dalam rangka menjelang Idul Adha 1445 dan libur sekolah. “Kita koordinasi mengenai langkah apa saja yang harus diambil mengantisipasi kenaikan harga,”

Kata dia, ada beberapa rekomendasi upaya dalam menjaga laju inflasi Sumsel meliputi 4K yaitu ketersediaan pasokan seperti terus menggalakkan Gerakan Sumsel Mandiri Pangan, kelancaran distribusi yaitu dengan memastikan kelancaran lalu lintas logistik bahan pokok penting termasuk diantaranya melakukan implementasi KAD antar-provinsi.

Kemudian, keterjangkauan harga yaitu dengan pemantauan harga secara rutin di pasar serta pelaksanaan operasi  pasar murah dan komunikasi efektif dengan menyampaikan informasi ketersediaan stok komoditas pokok dan himbauan belanja bijak kepada masyarakat.

Dia menekankan, setiap daerah dapat melakukan pengendalian kenaikan harga komoditas yang mengalami kenaikan dengan mengintensifkan langkah konkrit pengendalian inflasi. “Seperti gerakan menanam, serta kerja sama antar daerah (KAD) guna menambah ketersediaan pasokan di masing-masing wilayah,” pungkasnya.

Saat ini, kata dia, inflasi di Sumsel pada Mei 2024 berada di angka 2,98 persen diatas nasional yaitu 2,84 persen. Dan ini perlu diapresiasi karena inflasi Sumsel merupakan terendah kedua se Sumatera. Dan dilevel provinsi, ada tiga yang terjadi inflasi yakni Palembang Lubuklinggau dan OKI serta satu terjadi deflasi yaitu Muara Enim. “HLM ini akan membahas berbagai pergerakan sejumlah komoditas yang berdasarkan data cenderung menjadi penyumbang inflasi, kemudian resiko yang akan terjadi hingga rekomendasi yang akan dilakukan untuk untuk menekan angka inflasi,” ujarnya.

Kata dia, IdulFitri 1445 H lalu, komoditas emas perhiasan, gula pasir hingga bawang merah menjadi pendorong kenaikan inflasi. Secara histori, berdasarkan data inflasi bulanan di Sumsel masih aman dan terkendali sejak 2021-2023.

Namun demikian, masih kata dia, beberapa hal menjadi perhatian berdasarkan tahun-tahun sebelumnya bahwa mendekati akhir tahun, biasanya inflasi merangkak naik sehingga perlu menjadi perhatian. “Dan dari sisi resiko jika tahun lalu ada ancaman iklim Elnino atau musim kemarau namun ditahun ini akan ada ancaman iklim Lanina atau musim hujan,”

Sementara itu, PJ Gubernur Sumsel A Fatoni menambahkan, inflasi Sumsel tetap stabil dan terjaga. Apalagi, inflasi Sumsel terendah kedua se Sumatera. Namun demikian berdasarkan laporan dari Bank Indonesia bahwa ada beberapa resiko yang akan dihadapi Sumsel, sehingga diharapkan seluruh kepala daerah dan TPID di Sumsel perlu melakukan langkah dan antisipasi.

Untuk it, kata dia, pihaknya menghimbau juga menghimbau kepada kepada daerah dan TPID untuk mengoptimalkan ketersediaan pangan melalui Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) baik di rumah tangga, sekolah maupun kantor kantor.
“Perlu kami sampaikan bahwa ada kabupaten di Sumsel yang hingga saat ini belum melaporkan kegiatan gerakan menanam dan di daerah tersebut juga terjadi kenaikan harga. Dan kami berharap ini menjadi perhatian,” tegasnya.

Kata Fatoni, pada minggu pertama bulan Mei 2024 lalu, kenaikan harga bawang merah terjadi di empat kabupaten di wilayah Sumsel. Meliputi Ogan Komering Ulu (OKU), Empat Lawang, OKU Timur dan Musi Rawas Utara.

Sedangkan pada minggu ketiga bulan Mei, kenaikan bawang merah berlangsung di OKU, OKU Selatan, Empat Lawang, dan Musi Rawas Utara. “Untuk itu, kita kembali mengingatkan seluruh pihak untuk kembali mengoptimalkan gerakan menanam di skala rumah tangga, serta di sekolah dan kantor,” pungkas dia.

Komentar