Kemiskinan Ekstrem Sumsel jadi 1,41 Persen

PALEMBANG – Angka kemiskinan ekstrem Sumatera Selatan (Sumsel) turun tajam pada tahun ini. Pada tahun 2022 lalu, Sumsel termasuk salah satu provinsi yang tertinggi di wilayah Sumatera, mencapai 3,19 persen. Persentase itu di bawah angka kemiskinan ekstrem Bengkulu yang mencapai 3,61 persen.

Namun, pada tahun ini angka kemiskinan ekstren yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel turun 50 persen lebih atau menjadi 1,41 persen. Penurunan itu menjadi kado bagi Gubernur Sumsel, Herman Deru yang akan menjalankan tugas per 1 Oktober nanti usai menjabat selama 2018-2023.

Kepala BPS Sumsel, Wahyu Yulianto mengatakan, penurunan kemiskinan ekstrem Sumsel cukup luar biasa karena mencapai 50 persen lebih. “Instrumen pendukung penurunan kemiskinan ekstrem itu karena adanya pendekatan Gubernur melalaui bantuan-bantuan yang tepat sasaran, kemudian program GSMP (Gerakan Sumsel Mandiri Pangan) dengan memberdayakan masyarakat dan mengurangi beban konsumsi,” ungkap audiensi dengan Gubernur di Griya Agung, Jumat (22/2/2021). 9).

Selain menurunnya angka kemiskinan ekstrem, IPM (indeks pembangunan manusia) Sumsel kini sudah mencapai level yang baik. Jika sebelumnya berada di bawah angka 70, tahun ini sudah mencapai 70,90.

“IPM adalah satu indikator yang multi dimensi, berbeda dengan pertumbuhan ekonomi yang bisa melaju tinggi. Kalau IPM itu jangka panjang. Untuk menaikkan satu poin saja, mbutuuh upaya yang besar dari Pemda,” bebernya. 

Wahyu menyebut, komponen yang menaikkan IPM Sumsel salah satunya adalah bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. “Dari sisi ketiganya harus berjalan beriringan tidak bisa sendiri-sendiri. Dari sisi angka harapan hidup juga meningkat, sisi harapan lama sekolah sudah pada level D1, kemudian tingkat pendapatan perkapita masyarakat juga meningkat,” jelasnya.

Sementara pertumbuhan ekonomi Sumsel meningkat signifikan hingga 5,24 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Nasional 5,11 persen. “Itu artinya pertumbuhan ekonomi Sumsel melampaui nasional dan untuk wilayah Sumatera, Provinsi Sumsel paling tinggi pertumbuhan ekonominya,” ungkap Wahyu.

Ia menambahkan, hasil sensus pertanian identifikasi ada 1,6 juta rumah tangga petani. Dan dalam satu rumah tangga petani itu, bisa menggerakkan atau mengelola dua unit usaha. Yang paling relevan, melihatnya dari menunjuk 2.000 tenaga Pendamping Peningkatan Ekonomi Pertanian (PPEP) oleh Gubernur.

“Dari hasil pertanian, mereka sudah bisa mengembangkan usahanya menjadi dua hasil. Atau bisa dikatakan petani sudah menjadi wirausaha tanpa meninggalkan pekerjaan sebagai petani,” tukasnya. Gubernur Sumsel, Herman Deru mengaku bangga atas upaya yang telah dilakukan Pemprov selama lima tahun terakhir yang berhasil menurunkan kemiskinan ekstrem.

“Kabar baik betul, ini merupakan warisan bagi pemerintahan dan akan menjadi semangat bagi masyarakat. Saya nonstop ke lapangan itu berarti tidak salah terapi,” ujarnya. Ia menyebut, sudah ada perubahan paradigma pengembangan petani asli menjadi petani berjiwa wirausaha yang relevan dengan diangkatnya 2.000 PPEP.

“Berarti kita tidak salah terapi, dimana dari 1,2 juta petani kini menjadi 1,6 juta orang profesi petani. Mereka tidak meninggalkan profesi petani, tapi justru mengembangkan komoditas produksinya. Ini sangat keren, terima kasih saya sampaikan untuk semua elemen masyarakat, “imbuhnya.

Komentar