ELNEWS – Aisyah Ramadhani, siswi kelas XII SMA Negeri 2 Lahat, berhasil terpilih jadi Gadis Seganti Setungguan, pada ajang Bujang Gadis Seganti Setungguan (BGSS) Lahat 2023, yang digelar di Gedung Kesenian Pemkab Lahat, Rabu (26/7/2023) lalu.
Remaja kelahiran Lahat 2 Oktober 2006 itu, merupakan anak bungsu dari pasangan Suryanto dan Ratna Elyana, yang berprofesi sebagai sopir angkutan material dan ibu rumah tangga.
Aisyah menceritakan perjalanan dirinya dari awal hingga jadi pemenang BGSS tahun 2023, tidak semudah yang terlihat. Bahkan Aisyah mengaku sempat merasa bimbang ditengah jalan.
Bermula dari pengumuman yang ada di sekolah, terkait pembukaan pendaftaran pemilihan BGSS 2023. Kemudian, muncul rasa keingintahuan Aisyah yang tinggi (kepo), untuk mencari informasi lebih, tentang persyaratan kompetisi itu.
Aisyah bahkan sampai mendatangi Dinas Pariwisata Lahat langsung, untuk cari tahu syarat dan cara mendaftar BGSS. Setelah tiba di rumah, Aisyah meminta izin kepada kedua orang tuanya, agar bisa ikut dalam ajang tersebut.
“Kalau kata orang tua waktu izin itu, tidak apa-apa kejarlah prestasi di bidang yang kamu merasa mampu,” kata Aisyah saat menirukan pesan orang tuanya.
Pesan orang tuanya tersebut, membuat Aisyah jadi lebih semangat untuk mendaftarkan diri sebagai peserta BGSS tahun 2023. Berbagai tahapan ia ikuti dengan sungguh-sungguh. Dari technical meeting, tahap seleksi, unjuk bakat, photoshoot, karantina hingga tahapan terakhir pada malam puncak anugrah BGSS. Aisyah tak menyangka, ajang BGSS jadi sejarah baru dalam prestasinya, yaitu sebagai Gadis Seganti Setungguan.
Padahal, ada sebanyak 46 pendaftar saat itu. Seluruhnya juga mengikuti tes tertulis dan empat kali wawancara, diantaranya tentang pariwisata dan budaya, kepribadian, kopi, dan perkebunan. Hasilnya, hanya 20 orang yang terpilih sebagai finalis BGSS 2023, yang terdiri dari 10 laki-laki dan 10 perempuan.
Aisyah juga jadi salah satu finalis termuda, yang akhirnya mengalahkan 9 finalis perempuan lainnya, pada malam puncak anugerah pemilihan BGSS angkatan pertama.
“Kesulitannya gimana caranya biar bisa mengimbangi kemampuan diri dan bisa lebih dari yang lain. Karena pesaingnya ada mahasiswa dan finalis lainnya juga berbakat. Benar-benar tidak menyangka jadi pemenang,” ujar perempuan yang memiliki cita-cita seorang perwira itu.
Selain itu, Aisyah juga sempat mengalami sedikit keresahan saat kompetisi. Sebab, harus membayar jasa make up serta sewa pakaian adat, yang membuat Aisyah berpikir apakah bisa lanjut ikut kompetisi itu. Namun, atas dukungan orang tuanya, Aisyah mampu melewati keresahan tersebut.
Tidak hanya mendapat predikat sebagai Gadis Seganti Setungguan, Aisyah juga mendapat predikat sebagai Duta Kopi Lahat di ajang BGSS 2023 itu.
Prestasi lain yang dimiliki Aisyah, diantaranya satu-satunya pelajar yang wakili Lahat sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tingkat nasional 17 Agustus 2022, Juara III tahun 2019 pada lomba senam Poco-Poco tingkat nasional, peringkat terbaik tahun 2020 lomba Ayo ke Museum Nasional, dan terbaik I tahun 2021 LKS tingkat Kabupaten Lahat, serta saat ini sebagai Pamong Paskibraka Kabupaten Lahat 2023.
“Aisyah cuma ingin menaikkan derajat orang tua, membanggakan dan menjaga nama baik orang tua. Ayah selalu bilang, yang berusaha itu Aisyah bukan orang tua. Jadi maksimal lakuinnya, orang tua bantu doa. Selain itu juga berkat dukungan kepala sekolah, guru, dan teman-teman,” ungkap Aisyah.
Sementara Kepala SMA Negeri 2 Lahat, Dr Tri Turnadi MPd merasa bangga atas prestasi yang dicapai peserta didiknya. Terlebih, Aisyah bukan hanya sebagai pemenang Gadis Seganti Setungguan, namun juga mewakili Kabupaten Lahat dan Sumsel saat Paskibraka tingkat Nasional tahun lalu.
“Saya selaku orang tua dan juga mewakili SMA Negeri 2 Lahat, bangga sekali kepada ananda Aisyah. Selamat atas prestasinya dan mengharumkan nama sekolah,” kata Tri.
Tri menambahkan, ini jadi salah satu bukti bahwa prestasi dicapai oleh anak berdasarkan usaha, kemampuan dan tingkat intelektualnya sendiri. Tentu saja tidak terlepas dari dukungan orang tua, sekolah dan yang utama anak itu sendiri.
“Prestasi bukan berdasarkan orang tua mampu atau tidak, tapi berdasarkan kemampuan dan efektivitas dari kegiatan anak itu sendiri. Semoga bisa memotivasi anak lainnya,” harapnya. (via)
Komentar