PALEMBANG- Pendaftaran bakal pasangan calon kepala daerah ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak hanya menjadi ajang formalitas administratif, namun juga panggung unjuk kekuatan bagi para kandidat dan partai pengusung.
Beragam tema arak-arakan mulai dari konvoi kendaraan mewah, naik kuda, pakai sepeda, menggunakan becak maupun arakan-arakan budaya.
Namun hal ini mendapatkan perhatian dari Pengamat Politik Sumsel, Bagindo Togar yang mengatakan para calon pemimpin ini sering kali tampil tidak natural dan kehilangan jati diri mereka.
“Mereka berbohong dan terkesan hanya menunjukkan citra yang ingin dilihat publik, itu bukan diri mereka yang sesungguhnya,” ujarnya, Sabtu (31/8/2024).
Mereka para pasangan ini menganggap diri mereka natural, tetapi di situlah letak krisis sense of art mereka. Terlebih lagi, para pasangan ini terlalu terjebak dalam gaya hidup hedonisme dan megalomania.
“Semua berlomba tampil gagah-gagahan, seolah-olah menjadi pemimpin berarti harus selalu terlihat berlebihan dan mewah,” katanya.
Lanjutnya, meskipun memiliki banyak pengikut, para calon ini tidak kreatif dan tidak memberdayakan anak-anak muda Sumsel, padahal banyak di antara mereka yang sangat kreatif. Mereka gagal memahami kebutuhan masyarakat dan sudah tidak membumi lagi.
“Narasi yang mereka sampaikan sering kali terkesan sok egaliter, namun ekspresi hedonisme tetap terlihat jelas. Cara mereka mendaftar pun sudah memperlihatkan karakter mereka, bahwa mereka lebih ingin menjadi penguasa di wilayahnya ketimbang melayani masyarakat. Keinginan untuk berkuasa jauh lebih dominan daripada niat untuk mengabdi,” jelas Bagindo. (Eps)
Komentar