PALEMBANG- Dinamika Pilkada Kota Palembang jelang pendaftaran masih sangat dinamis, potensi-potensi perubahan – perubahan dukungan parpol masih bisa saja terjadi walaupun sudah mengantongi B1 KWK. Hal ini didasarkan pengalaman-pengalaman pilkada yang lalu.
“25 hari kedepan menjadi hari menegangkan sekaligus ajang strategi saling mengunci dukungan. Dukungan yang sudah dikunci pun masih bisa jebol selama belum melakukan pendaftaran,” ujar Peneliti Lembaga Riset Sosial Politik Public Trust Institute Fatkurohman ketika bincang – bincang dengan awak media, Jum’at (2/8/2024)
Pilkada Kota Palembang saat ini sudah ada dua pasang kandidat yang dikabarkan sudah memenuhi syarat dukungan B1 KWK sebagai syarat pendaftaran yakni Yudha Pratomo – Baharuddin yang diusung Demokrat dan PKS. Kemudian Fitrianti Agustinda – Nandriani yang diusung NasDem, PAN dan PKB.
Lalu, Bagaimana dengan Ratu Dewa – Prima Salam. Menurut Alumni SMA Muhammadiyah 1 ini, peluang pasangan RD-PS masih sangat terbuka lebar.
Ada beberapa alasan yang mendasari hal ini yakni elektabilitas pasangan ini terkhusus Ratu Dewa secara personal sangat potensial untuk memenangkan pilkada Kota Palembang. Riset sosial politik mendalam sejak Januari 2024 termasuk oleh Public Trust Institute dan lembaga ternama lainnya seperti LSI dan LKPI yang kita kaji, Ratu Dewa selalu unggul bahkan tren mengalami kenaikan walaupun hadir para kontestan baru.
“Pemilih militan Ratu Dewa juga sangat signifikan jika dibandingkan dengan kandidat lainnya. Hal ini tentu menjadi pertimbangan mengapa Ratu Dewa bakal muncul sebagai kandidat apalagi saat ini sudah di dukung oleh Partai Gerindra,”ungkapnya.
Dia mengatakan komunikasi politik sampai jelang pendaftaran bakal sangat menentukan. Apalagi saat ini RD tidak lagi menjabat sebagai Pj dan Sekda termasuk ASN akan lebih fleksibel dalam menentukan arah politik.
“Dengan potensi ini, untuk menjadi anggota parpol pun tidak ada lagi masalah sehingga perubahan – perubahan politik masih sangat mungkin terjadi menjelang pendaftaran. Sebagai contoh, pada pilkada 2018 lalu santer terdengar Golkar mengusung Harno – Fitri tapi jelang pendaftaran ternyata mengusung Mularis. Hal seperti ini mungkin terjadi juga pada parpol-parpol lainnya selama komunikasi politik terus berlangsung dan berakhir pada kesepakatan,”ungkapnya.(pra)
Komentar