Pupuk Subsidi Sumsel tak Terserap, Menumpuk di Gudang Kok Bisa ?

PALEMBANG – Serapan pupuk bersubsidi di Sumatera Selatan belum maksimal. Dari kuota yang tersedia, Urea baru terserap 54 persen. Pupuk NPK lebih parah lagi, baru terserap 48 persen. Padahal, alokasi tahunan pupuk subsidi tinggal empat bulan lagi (September – Desember) mesti terserap.

Diketahui, alokasi Pupuk Urea subsidi untuk Sumsel mencapai 154 ribu ton, sedangkan NPK 170 ribu ton. “Artinya, Urea baru terserap 80 ribuan ton dari alokasi atau 54 persen, sedankan NPK 82 ribu ton atau 48 persen,” ujar Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel, Bambang Pramono saat Rapat Evaluasi dan Percepatan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Provinsi Sumsel tahun 2023, Kamis (14/9).

Minimnya serapan pupuk bersubsidi itu, bisa jadi membuat alokasi pada tahun depan menurun. Untuk itu, ia meminta kepada pihak terkait aktif jemput bola sehingga pupuk dapat teraerap habis. “Kendala serapan ini karena di lapangan masih terjadi up down koneksi internet saat penebusan pupuk, sehingga petani tidak mendapatkan yang subsidi,” ungkapnya.

Namun katanya, hal itu telah diantisipasi dengan penggunaam kartu tani, KTP atau KK untuk melakukan penebusan. “Kita harapkan melalui evaluasi yang dilakukan hari ini bisa mendorong petani dan kelompok tani untuk melakukan penebusan. Kita juga akan mensupport para distributor melakukan penyerapan dari produsen,” jelas Bambang.

Terkait el nino, Bambang menyebut, hanya berdampak pada lokasi penanamannya. Jika semula lahan lebak terkendala penanaman, kini lokasi itu bisa ditanam. Selain itu, puncak tanam di Sumsel terjadi pada akhir tahun, Oktober – Deaember. “Pada tiga bulan inilah kita akan melakukan percepatan serapan, di samping kita melakukan gerakan nasional el nino di lokasi-lokasi lebak,” bebernya.

Gubernur Sumsel, Herman Deru menambahkan, Sumsel secara masif melakukan upaya peningkatan produksi pertaniannya. Salah satu upaya dengan melakukan evaluasi distribusi pupuk bersubsidi yang merupakan salah satu komponen penting dalam pertanian. “Distribusi pupuk secara baik kepada petani, harus dilakukan agar kualitas dan kuantitas pertanian meningkat,” ujarnya.

Menurutnya, kolaborasi dan sinergitas antar pihak harus dilakukan dengan baik, sehingga pupuk bersubsidi dapat terserap dengan baik. Strategi bisnis juga harus dibangun para distributor agar serapannya sesuai target. “Kita harus menjaga alur distribusi pupuk bersubsidi agar tidak tersendat,” tambahnya.

Pihaknya, masih mencari penyebab belum maksimalnya serapan pupuk bersubsidi tersebut. “Apakah distributor terlalu pasif, kuota yang terlalu besar, sistem aplikasinya atau ada faktor lain. Ini yang akan kita cari tahu,” ungkapnya. Ia menambahkan, rapat itu dilakukan menyusul laporan Pusri adanya over stock di gudang.

“Sementara di lapangan saya mendengar keluhan dari petani terkait kekurangan pupuk. Artinya, ada sesuatu yang kurang pas dalam distribusinya,” cetusnya. Untuk itu, strategi bisnis antar pihak harus dibangun agar distribusi pupuk bersubsidi bisa maksimal.

“Ini langkah kita melakukan business matching agar kolaborasi dalam pendistribuasian pupuk ini meningkat. Kita juga minta distributor tidak pasif, sehingga ketika nanti musim telah normal, kita tidak kehilangan stok pupuk ini,” tegasnya.

Senior Vice President Administrasi Keuangan Pusri, Asep Ramdan, mengakui adanya over stock pupuk di gudang Pusri. “Dengan kolaborasi dan sinergitas antar pihak, kita harapkan ke depan distribusi pupuk bisa lebih maksimal,” tukasnya.

Komentar